Pekanbaru - Kakak beradik di Pekanbaru, Riau, Rehan (11) dan Fajri
(7) harus menahan sakit karena berulang kali patah kaki. Kaki mereka
sering patah akibat menderita kerapuhan tulang kaki genetik sejak lahir.
Dua
kakak beradik itu beberapa kali tulang kakinya patah karena salah
bergerak. Sebut saja Rehan, kakinya patah karena mencoba berjalan saat
main dengan teman-temannya.
Bukan sekali saja,
tulang kaki Rehan yang rapuh tercatat berulang kali membuatnya menangis.
Sebab sang ibu, Reni Angelina (43) selalu menggendong Rehan ke dukun
patah untuk mendapat perobatan.
"Saya selalu
bawa anak ke dukun patah di dekat rumah kalau sudah patah. Kan
dikit-dikit saja patah karena tulangnya memang rapuh sejak lahir," ujar
Reni, Kamis (17/11/2022).
Faktor ekonomi
membuat Reni dan suami, Eko Suharno tak bisa membawa dua buah hatinya ke
dokter. Sebab, mereka takut harus membayar biaya rumah sakit yang
mahal.
"Makan saja kami pas-pasan pak, gimana
mau berobat. Kalau sama dukun patah ini memang beliau tidak mau dibayar,
sudah dibilang sejak awal kalau anak saya patah lagi kakinya diurut
sama beliau," kata Reni.
Sayangnya belum sembuh
kaki kanan, kaki kiri Rehan kembali patah. Begitulah setiap kali anak
keempat Reni mencoba bermain bersama teman-teman seusianya di sekitar
rumah.
Reni dalam keseharian hidup sebagai ibu
rumah tangga. Sedangkan suaminya Eko hanya bekerja serabutan di sekitar
rumah yang merupakan warisan orang tua.
"Kalau diurut sakit, jadi kalau patah nggak bisa main sama teman," cerita Rehan lirih dari samping ibunya.
Selama
ini, Rehan dan adiknya bermain dengan gerobak kayu. Namun gerobak kayu
tersebut tak memiliki rem sehingga sesekali justru membuat keduanya jadi
celaka.
Sulitnya ekonomi keluarga Reni dan
nasib kedua kakak beradik pun sampai di telinga Kapolda Riau, Irjen
Muhammad Iqbal. Tak butuh waktu lama, Iqbal bersama Kabid Humas Kombes
Sunarto langsung datang ke rumah Rehan dan Fajri di Padang Bulan
Pekanbaru pada 9 November lalu.
Dalam kunjungan pertama, putra
kelahiran Palembang tersebut memberikan dua kursi roda dan bantuan
lain. Tak sampai di situ, Iqbal juga minta kedua kakak beradik tersebut
dipantau tim medis dari Biddokes Polda Riau dan RS Bhayangkara.
"Pertama
kali saya berkunjung ke rumah Rehan dan Fajri kita diterima dengan
baik. Lalu kita jembatani keduanya agar ada yang merawat, pertama kali
diajak masih takut dan belum berhasil," kata Kapolda.
Pelan-pelan,
Rehan dan Fajri akhirnya mau dirujuk ke RS Awal Bross Pekanbaru untuk
dapat penanganan medis. Penanganan medis ditangani langsung dokter
spesialis tulang, yakni dokter Jansen.
"Kalau
secara genetik disebut tulang kaca, terlihat kuat ternyata rapuh. Ini
ditangani sampai sembuh, tugas polisi tidak hanya membantu orang
menyeberang jalan, tapi adik-adik ini juga punya masa depan yang perlu
kita bantu," kata Iqbal.
Iqbal menyebut saat
pertama kali dibawa ke RS keluarga kurang mampu tersebut sudah lama
nunggak BPJS. Tunggakan itu sudah terjadi sejak Fajri lahir atau 7 tahun
lalu.
Namun seluruh tunggakan sudah ditangani
Polda Riau dan selanjutnya biaya berobat akan ditanggung BPJS dan
bantuan Polda Riau beserta Pemda setempat.
"Untuk
BPJS semua sudah kita tuntaskan. Sekarang semua berobatnya gratis,
untuk kedepan akan ditanggung BPJS karena ini sudah kita tuntaskan
bersama stakeholder terkait," kata Iqbal.
Rehan
dan Fajri sendiri mengalami rapuh tulang kaki sejak lahir. Selain itu,
anak pertama Reni dan Eko, Rano Saputra (23) juga mengalami kerapuhan
tulang hingga usia 15 tahun.
Posting Komentar